“Stop, stop, stop” dosen ganteng itu menghentikan jalannya diskusi
Saya kok daritadi gak greget ya melihat diskusi ini, “kamu (membilangkan
penyaji) sebenarnya menguasai bahan diskusi kamu tidak ?” Tanya sang dosen
kepada penyaji
“Menguasai pak” angguk sang penyaji
“Coba kamu jelaskan rule of law itu apa ?” uji sang dosen
Sang penyaji “blablablabla”,
“Bagaimana diskusi ini akan menarik jika pemakalah saja tidak menguasai apa
yang sedang di diskusikan”, lalu sang dosen meluruskan pertanyaan2 audience
yang belum terjawab, kemudian sang dosen mengakhiri diskusi dengan mengatakan,
“Sekarang kita sharing saja ya, saya sudah kehilangan semangat liat peserta
diskusi yang seharusnya ada tiga orang malah yang datang hanya satu orang. Saya
pikir yang satu orang ini akan membuktikan semangatnya, ternyata blablabla,
tetapi saya bukannya tidak menghargai kamu ya saudara Feby, tetapi sepertinya
lebih baik kita sharing saja, daripada teman2 kamu kamu sesatkan. Terima kasih
buat kehadirannya saudara Feby, ini teman kamu yang dua lagi sepertinya tidak
usah di luluskan mengingat absen mereka yang sudah banyak, terima kasih juga
buat mbak nya (menunjuk Ririn) yang sudah bersedia menjadi moderator, “ ucap
dosen ramah itu sembari tersenyum.
*audience diem aja*, lalu sang dosen melanjutkan,
“Saya juga sebelumnya minta maaf
kepada kalian, karena sepertinya hari ini adalah hari pertemuan terakhir kita
di kelas ini. (yaaaaaaaahhhhhh, terdengar keluhan2 mahasisiwi yg nge-fans setengah
mati sama beliau). Karena saya besok sudah harus terbang ke Malang, ada tugas
dari Dikti ke Unibraw dan UNM, kemudian setelah itu saya terbang ke Amrik untuk
(aduh, penulis lupa ntah untuk tugas, ntah ngelanjutin pendidikan) di Boston,
Amerika Serikat dan pulang sekitar akhir September.”
*semua wajah audience terlihat sedih, terutama wajah penulis L.*
“Disini saya ingin memberi nasihat kepada kalian atau kita sebut wejangan
aja kali ya soalnya kalau nasihat kesannya saya sudah tua, (yang intinya) kenali
lah potensi diri kalian sejak dini, kalau kalian hanya menggunakan waktu 24 jam
itu untuk bangun tidur, kampus, kos, makan dan tidur lagi itu rasanya sia –
sia, kalian telah membuang2 waktu secara percuma. Kalau di antara kalian ada
yang suka nulis, kembangkan potensi menulis kalian, banyak2 baca buku, kalau
ada yang hobby berbisnis, tekuni bisnis itu. Karena kalau kalian masih
menggunakan waktu yang 24 jam itu hanya untuk kegiatan diatas, setelah lulus
kalian tidak akan tahu apa2, dan blablablablabla, sampai akhirnya dia cerita
kalau Ahmad Fuadi (Penulis Buku Best Seller ‘Negeri 5 Menara’) adalah teman
seangkatan dia. What ??? Satu almamater
gitu ? gak mungkin, A.Fuadi kan lulusan Unpad, bapak ini alumni UGM, kata
penulis dalam hati.
Dan tiba2.....
“Ndah, minta foto,,” seorang teman nyeletuk (ntah suara siapa tadi ini,
lupa penulis)
“Oiyaiya, minta alamat twitter juga ya,,,,” jawab penulis
Dan akhirnya setelah sang dosen yang ramah serta ganteng itu mengakhiri
wejangannya, saya pun tunjuk tangan,
Penulis : “Pak, karena hari ini hari terakhir kami bertemu dikelas ini
dengan bapak, kami boleh gak foto bareng dengan bapak ?”
Dosen ganteng : “Wah, kayak artis saja ya, saya orangnya pemalu kalo di
ajak foto bareng”
Penulis : “Untuk kali ini aja pak, gak usah malu2”
Dosen ganteng : “Bisa, bisa”
Hebohlah para mahasiswi yang ada dikelas penulis, rebutan untuk siapa yang
berhasil foto disamping dosen ganteng itu, hehehe,
Ini dia hasilnya, sangking semangatnya penulis lupa untuk menarik jilbab ke
belakang,
masih gantengan bapak itu kan ? hahaha |
i love you pak, hahahah :D |
Kemudian setelah salam2-an sama beliau, kelas bubar, hanya tinggal penulis
dan beberapa teman lainnya, penulispun mendekat ke meja bapak dosen ganteng itu
guna untuk menanyakan alamat twitternya,
Penulis : “Pak, boleh tahu username twitternya ?
Dosen ganteng : “Waduh, jangan maen2 twitter la”
Penulis : “Kalau alamat e-mail atau alamat blog pak?”
Dosen ganteng: “Kalau itu ada”
Tiba2 Iqbal nyeletuk dari belakang, “dia itu penulis pak”,
Dosen ganteng: “Owh, iyaya, nanti sharing – sharing aja ya tulisannya
kemari “ dosen ganteng itu mencatat alamat imel nya,
Lalu dia bertanya, “Nama kamu siapa ?”
Dengan senang hati penulis menjawab “Indah pak.” :’’’’’’’’’’))))))
Lalu penulis bertanya lagi,
Penulis : “Bapak satu angkatan dengan Ahmad Fuadi di Madani atau dimana ya
pak ?
Dosen ganteng : Ya, saya satu angkatan dengan dia di Madani
Penulis : “Berarti bapak alumni Gontor ?”
Dosen ganteng : “Iya”
Penulis : “Ya ampun, brarti selama ini kami di ajar oleh dosen alumni
Gontor, kenapa gak bilang dari dulu pak?” *keluar lebay nya
Dosen ganteng itu hanya tersenyum, *mungkin yg ada di pikirannya “penting kali ya ku kasih tau?”
Penulis : Tapi bapak gak satu genk sama Ahamad Fuadi kan ? Gak anggota
Sahibul Menara.
Dosen ganteng: “Iya, saya tidak satu genk dengan mereka, saya mempunyai
genk sendiri, biasalah anak2 SMA masih genk2-an. Nama genk saya dulu (maaf,
penulis lupa nama genk nya apa, kalo gak salah ada vara2 nya gitu). Kalau Sahibul
Menara anaknya alim2, kalau saya dulu langganan kena pangkas.
Penulis : Berarti sering kena jasus ya pak ?
Dosen ganteng: Iya,
Penulis : Berarti sering berhadapan sama Tyson ?
Dosen ganteng : Iya, kamu asalnya darimana ?
Penulis : Saya dari Labuhanbatu pak, kenapa pak ?
Dosen ganteng: Enggak, kok bahasanya bahasa anak pesantren.
Penulis : Kan saya baca bukunya pak,
Dosen ganteng : Oh iya ya, *lalu beliau pergi meninggalkan kami yang masih
di kelas*
*kira – kira begitulah percakapan saya dengan dosen ganteng itu tadi siang*
Kalau di tanya kenapa penulis begitu nge-fans
berat sama bapak itu, alasannya adalah :
- Beliau orang jawa, jawa nya itu masih totok,
karena sesama orang jawa jadi merasa dekat gimanaaaa gituuu
- Beliau adalah dosen yang pertama kalinya
membahasakan mahasiswanya pakai “mas, dan mbak”, biasanya kan dosen2 lain
pakai anda, kamu, kau, lae (bahasa batak), ya biasalah, ini Medan bunggggg
!!!
- Dalam penyampaian materi selalu bikin greget,
wi ah, senyumnya itu,
Oh pak Prayitno, terima kasih sudah membimbing kami sejak Februari, semoga semangat yang kau tularkan tadi siang akan tetap kami ingat dan kami laksanakan. Dan semoga di lain waktu dan kesempatan kita dapat berjumpa lagi. Selamat bertugas pak, semoga tetap keep in touch melalui e-mail, selamat menikmati hidup di negeri adidaya. Semoga kelak kami (mahasiswamu) bisa mengikuti jejak mu. Amin, amin ya Allah.
0 comments:
Post a Comment