Setelah diskusi saya langsung pulang ke kos dan langsung mengerjakan instrumen, kemudian ada yang teriak2 dari luar rumah, saya sudah merasa pasti abang2 tiki, dan feeling saya benar, hehehe akhirnya buku Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi yang sudah saya pre order akhir April kemaren sampai juga.
thank you Gramedia.com |
saya sangat senaaaaaaaaaanggggg sekali sewaktu menerima bukunya yang ternyata ada hadiah berupa buku catatan yang covernya R1M juga, saya berfikir, selamat datang teman curhat baru :")
tanda tangannya kecil sekali :"( |
Trus, biar merasa keren saya keluarin semua koleksi buku karangan Ahmad Fuadi saya, wuihhhh, berasa jadi orang beruntung punya buku 'mantra' ajaib ini.
alhamdulillah |
Saya baca langsung R1M tapi belum sampai tamat, masih sampai halaman 106 dan saya menemukan semangat baru dari halaman2 tersebut, yah seenggaknya buat pengerjaan proposal penelitian saya ini laaah.
Ada beberapa paragraf dalam masing2 bab yang membuat saya memberikan jeda untuk kegiatan saya dengan maksud berfikir sejenak.
Bab I: "Senyumku terbit begitu menatap dinding kamarku. Di sana terpampang coretan - coretan impian gilaku di atas sebuah peta dunia. Satu coretan besar dengan spidol merah berbunyi: "Aku ingin ke Amerika". Tanganku lalu merogoh ransel. Secarik tiket Royal Jordanian itu aku tarik keluar. Di dalam kolom passenger tercetak mantap namaku untuk jalur Montreal-Amman-Jakarta. Alhamdulillah, man jadda wajada kembali mujarab. Apa yang aku impikan akhirnya selalu tercapai.
Setelah membaca kalimat itu saya langsung lihat dinding kamar saya, ada foto empat musim di situ (Spring, Summer, Autumn, dan Winter) serta ada tanda panah yang mengarah ke post-it yang bertuliskan nama negara yang sangat ingin saya tinggali BELANDA, dalam hati saya Man Jadda Wajada.
Setelah membaca kalimat itu saya langsung lihat dinding kamar saya, ada foto empat musim di situ (Spring, Summer, Autumn, dan Winter) serta ada tanda panah yang mengarah ke post-it yang bertuliskan nama negara yang sangat ingin saya tinggali BELANDA, dalam hati saya Man Jadda Wajada.
Bab II: "Enaknya kamu Lif, bisa jalan-jalan ke Kanada gratis. Beruntung banget,: celetuk Memet. Tentulah aku beruntung. Seandainya dia tahu dan merasakan bagaimana aku mengorbankan kenikmatan-kenikmatan sesaat untuk bisa sampai "beruntung". Berapa ratus malam sepi yang aku habiskan sampai dini hari untuk mengasah kemampuanku, belajar, membaca, menulis, dan berlatih tanpa henti. Melebihkan usaha di atas rata-rata orang lain agar aku bisa meningkatkan harkat diriku". Saya tutup bukunya sebentar lalu merenung, selama ini saya malah mengorbankan proposal saya untuk kenikmatan2 sesaat, mirissssssss ya Allah :"(
BAB III: "Jadi pegawai negeri itu jelas dan pasti, di masa tua pun akan aman karena mendapatkan pensiun," terang amak. Aku hanya menggeleng. Ingatanku kembali ke pesan Kiai Rais, "Jangan gampang terbuai keamanan dan kemapanan. Hidup itu kadang perlu beradu, bergejolak, bergesekan. Dari gesekan dan kesulitanlah, sebuah pribadi akan terbentuk matang. Banyak profesi di luar sana, usahakanlah untuk memilih yang paling mendewasakan dan yang paling bermanfaat buat sesama. Lalu kalau kalian nanti sudah bekerja jangan puas jadi pegawai selamanya, tapi punyailah pegawai".
Kalau di bagian ini saya setuju, tujuan saya selesai kuliah bukan mau mengejar PNS sih.
Kalau di bagian ini saya setuju, tujuan saya selesai kuliah bukan mau mengejar PNS sih.
BAB V: Aku ingat pesan Kiai Rais, "Berusahalah untuk mencapai sesuatu yang luar biasa dalam hidup kalian setiap tiga sampai lima tahun. Konsistenlah selama itu, maka insya Allah akan ada terobosan prestasi yang tercapai." Jika aku lihat Randai, maka dia sudah melakukan konsistensi paling tidak enam tahun sampai sekarang. Kuliah teknik penerbangan selama lima tahun dan dia langsung bekerja di industri penerbangan. Dia fokus, dia tekun, dia konsisten di bidangnya. Tidak heran kalau dia punya terobosan dalam hidupnya. Aku menghitung-hitung apa bidang keilmuan yang aku tekuni dengan intensitas tinggi selama liam tahun terakhir? Aku harus jujur: tidak ada. Semua serba tanggung. Memang tidak ada sama sekali bidang keilmuan yang aku dalami dengan konsisten. Tapi, aku mencoba menghibur diri, paling tidak di bidang non pelajaran, ada satu bidang yang tidak pernah putus kugeluti selama delapan tahun terakhir hidupku. Aku konsisten mengasah kemampuan menulis.
Bagaimana dengan saya ???????? saya juga harus jujur, belum ada satu pun bidang yang saya tekuni dengan intensitas yang tinggi, bagaimana mau membuat terobosan ? -____-
BAB VI: "Kiai Rais pernah bilang, jangan takut pada manusia. Dunia itu rata, di atas langit, di bawah tanah. Semua kita sama. Kenapa takut?"
Siapapun dosen ahli atau dosen seminar saya nanti, insyaallah saya gak takut menghadapinya. Kalau memang dapat yang killer, semoga hati dan perasaan saya tahan banting.
BAB VIII: "Apapun tulisannya, jangan lupa riset dulu. Riset itu hukumnya fardhu 'ain. Wajib. Kalau kalian sudah menguasai latar belakang yang akan diwawancara, maka kalian akan mudah memahami kepribadiannya. Pertanyaan harus berotot, strategis, dan mencerahkan. Riset-riset-riset," kata Mas Aji mengingatkan kami di rapat mingguan".
Andrea Hirata juga pernah bilang, untuk pembuatan novel dia terbiasa melakukan riset dulu, sementara menulis itu hanya butuh waktu dua atau tiga minggu saja. Yang artinya, dalam menulis apapun yang terpenting adalah riset dulu, kita harus benar2 tahu apa yang hendak kita tulis, begitu juga dalam penyelesaian proposal, hmmmmm, sebelum maju seminar, ada baiknya saya harus riset dulu daerah penelitian saya. Do'ain ya. hehehe
0 comments:
Post a Comment