Kalau ditanya pelajaran favorit waktu sekolah dulu, aku bakal jawab: Bahasa Inggris.
Walau sampai hari ini masih terbata - bata mengucapkan kalimat, tapi seenggaknya ini pelajaran yang amat disukai waktu sekolah dulu (errrr.....tergantung gurunya juga sih).
Aku paling nggak tertarik belajar sistem pernafasan, menghitung aliran listrik, menghitung sudut, sekeren apapun gurunya, pelajarannya ya hanya diikuti sewaktu di dalam kelas saja.
Sewaktu di SMK, pelajaranku juga nggak ada yang menarik, entah lah kenapa takdir bisa membawaku menjadi alumni Penjualan di salah satu SMK Negeri Rantauprapat.
Sewaktu kelas III SMK, aku memutuskan untuk ikut bimbingan belajar. Memilih IPS sebagai fokus jurusanku. Selama mengikuti kegiatan belajar, pelajaran yang paling susah bagiku adalah Ekonomi. Masih ingat ngitung2 Permintaan Penawaran, Elastisitas, Teori Kuantitas Uangnya Irving Fisher, dan banyak lagi yang membuat hasil post test ku dibawah standart. Yha, Matematikaku emang lemah sih, otakku bener - bener nggak nyampe.
Sampai pada mengikuti Intensive SNMPTN, udah bimbel di tempat paling oke pun, di pusatnya lagi (Jl. Bantam, Medan) yang tentornya setiap saat punya waktu buat diajak diskusipun juga Ekonomi tetap tidak menarik perhatianku. Tapi gobloknya, sewaktu SNMPTN, pilihanku adalah Manajemen di PTN nomor wahid di salah satu provinsi yg ada di Pulau Sumatera, benar - benar nggak tahu diri, nggak ngaca, geblek banget la kalo diingat - ingat. Ya walaupun pilihan keduanya Sastra Inggris pun ya sama aja menurutku, bukan urutan yang cocok.
Setelah tahu nggak bakal lulus langsung ngambil seleksi lokal yang diadakan Unimed, untung sesudah SNMPTN kemaren aku ikut bahas2 soal di Medica M.Yamin, and you know what ???? soal ujian ekstensi Unimed adalah soal ujian SNMPTN, ya beda2 dikit la.....tapi aku yakin.
Sewaktu memilih jurusan di Ekstensi, otomatis Pendidikan Ekonomi ku coret dari daftar. Aku nggak mampu berada di fakultas itu nggak mau stres. Jadilah pilihan pertama Pendidikan Bahasa Inggris yang memang jurusan yang ku idam - idamkan, dan pilihan kedua, ku ambil Pendidikan Geografi karena sewaktu aku melihat diktat ibukku yang jurusan Geo judulnya keren2, Oceanografi, Klimatologi, Hidrologi and etc, aku mikirnya ini pasti jalan2 terus nih, dan alhamdulillah takdir mengantarkanku sebagai alumni Pendidikan Geografi Unimed (Nggak nyambung abis sama jurusan waktu SMK, mau jualan bumi lo ?)
Nah, takdir hidup membawaku sekarang menjadi guru IPS di SMP. Kita tahu, pelajaran IPS di SMP adalah IPS Terpadu yang mana satu pelajaran ada empat ilmu (Sejarah, Geografi, Sosiologi dan Ekonomi), ketemu lagi deh sama Ekonomi :( dari mulai aku mengajar sampai hari ini Ekonomi tetap menjadi PR untukku. Entah kenapa serasa kayak udah dikutuk nggak bakal bisa ngerti sama nih pelajaran kayaknya. Anak - anak nggak bakal ngerti gimana uring2-annya aku selama di rumah mempersiapkan materi, berusaha menggunakan video pembelajaran, dan berusaha menutupi segala kekurangan untuk pelajaran ini.
Bagiku, menjadi guru dengan mengampuh empat mata pelajaran (yang didalamnya terdapat satu pelajaran yang nggak disuka dari lahir) adalah tantangan tersendiri. Kita semua tahu, ketika kita mampu memahami seluk beluk perekonomian, kita akan mudah mendapat predikat cerdas, dan keren. Tetapi, cerdas dan keren hanyalah label walau ingin juga sih dilabeli kayak gitu :(, sebagai perempuan kita memang sudah semestinya paham tentang Ekonomi (kan akan menjadi menteri keuangannya keluarga toh ?) jadi mulai dari sekarang banyak - banyakin membaca apapun tentang ekonomi, aku jadi punya resolusi sendiri tentang Ekonomi untuk semester depan.
Tulisan ini berangkat dari kegelisahanku terhadap Ekonomi. berawal dari melihat soal - soal ujian semester yang dibuat oleh Dinas Pendidikan, membawaku membuka kenangan ke masa sekolah dulu.
Ekonomi. Kalau di kampus negeri, jurusan ini tempatnya, mayoritas orang2 kaya, dan pintar. Ada satu following twitterku yang sangat sangat sangat aku sukai, namanya Dira Larasati, lulusan Ekonomi Pembangunan Unpad (cmiww) seumuran kayaknya samaku, setelah selesai mengambil masternya di Korea, dia sekarang jd dosen, dia sering ngetwit tentang istilah2 ekonomi yang ku nggak paham. Sering juga di plesetin, dikait2-kan sama isu - isu yang lagi in. Mereka - mereka kok bisa pinter gitu ya, banyak yang bilang 'udah jadi guru, yaudah sih ngapain lagi, nikahlah sana' yang disuruh nikah masih mikirin 'ini orang2 seumuran samaku kenapa bisa keren2 gini sih, nah gue ????' pertanyaan hidup yang masih mencari jawaban sampai sekarang.
0 comments:
Post a Comment