Belajar

Ketika menjadi guru, aku sepakat kalau manusia berhenti belajar hanya ketika jatah oksigen sudah habis. 

Postingan sebelum ini tanggal 5 Januari membahas hari pertama masuk sekolah.
Sekarang sudah pertengahan Februari yang mana Ulangan Harian pertama baru saja selesai dilaksanakan. Bye bye Sejarah.

Selama mengajar Sejarah, hal yang sangat sangat aku sadari dalam diri adalah: Sebagai guru IPS aku merasa masih belum berhasil (atau masih kurang jam terbang ?) ternyata aku nggak pandai ber-orasi. Huhuhu, materi kemaren tentang Persiapan Kemerdekaan, jadi ada momen - momen yang seharusnya disampaikan dengan cara berapi - api. Bu Indah belum bisa kayak Pak Dediiiiii (guru IPS kelas VII) yang bicaranya berapiiii - apiiiiiiii..............neriakin MERDEKA !!!!!! dengan mimik muka ala Stand up Comedian, nggak cocok pun -_-

Jadi awal masuk materi Sejarah, agak bingung sih ngajarnya gimana. Karena kan nggak ada membahas teori, Sejarah itu pure membahas masa lampau yang tentu berkaitan sama masa kini, mestinya guru IPS-nya pandai membawa suasana kelas ke masa - masa penjajahan. Tapi karena aku merasa nggak PD berbicara berapi - api di depan kelas, akhirnya model belajarnya aku ganti. Hehehe.

Alhamdulillah sekolah punya alat peraga berupa peta Perang Dunia II dan poster para Pejuang Proklamasi Kemerdekaan. Jadi awalnya aku memakai senjata itu untuk pengenalan materi, lalu setelah itu aku membuat sosiodrama. Nah, sosiodrama ini pun tidak terlepas dari 'drama - drama' ketika berada di dalam kelas. Ada enam kelas yang mesti dibimbing, ada sekitar 180an lebih manusia dengan berbagai karakternya yang mesti dipahami. Jadi 'drama' yang terjadi disetiap kelas itu beda - beda. Ada kelas yang selama drama berlangsung siswa yang nggak kebagian peran berisik dan aku agak kewalahan meng-handle :( ada kelas yang buat geregetan karena nggak menghayati peran, nggak hapal dialog, lupa bawa naskah, dan nggak serius dalam bermain. Untuk kelas - kelas yang begini itu PR banget, kalau kita memakai metode ceramah di depan kelas, mereka nggak paham, cenderung males dengerin, kalau disuruh mencatat mereka males plus bosen plus gurunya nggak kreatif, kalau disuruh ngerjain tugas mereka nggak pernah siap, dan kalau materi disampaikan melalui model mereka nggak serius #AkuKuduPiyeeeee :(((((((((

Tapi syukurnya, dibalik semua kejengkelan itu pasti ada kelas yang berfungsi sebagai pengobat hati. Kelas ini kelas yang selalu excited menerima pelajaran apapun, selalu on time tugas, selalu serius. Ya, siapa lagi kalau nggak kelas unggulan, wajar lah eaaaaa.
Jadi dari sosiodrama yang dilaksanakan di enam kelas dan ada 3 kelas yang videonya sudah diaplud, alhamdulillah kelas VIII-1 ini yang hasilnya paling bagus. Kerja sama mereka diacungi jempol, yang nggak kebagian peran tetap legowo dan nggak rusuh ketika drama sedang berlangsung.
Ini kelas VIII-1, Sutan Syahrir lagi berbicara dengan Bung Karno dan Bung Hatta.

Ketiga tokoh Indonesia yang diundang ke Dalat oleh Jenderal Terauchi

Jadi naskah dramanya aku yang nyari teksnya, kemudian mereka mem-fotokopi sesuai jumlah pemain. Hanya dikasih waktu seminggu untuk menghapal, walau ketika main masih ada yang membawa naskah, itu hanya sebagai alat bantu.

Menurutku efektif sih model sosiodrama untuk materi ini. Karena setelah usai bermain drama, pertemuan berikutnya aku memberi kuis dadakan, yang pertanyaannya aku bacakan dan mereka langsung menjawab di kertas masing - masing. Pertanyaannya seputar 'Sebutkan siapa - siapa saja yang termasuk dalam golongan muda ?' Asiknya disini pas aku beri kuis dadakan ini, mereka langsung refleks melihat temennya dan mengingat - ingat temannya itu berperan sebagai apa. Lalu pertanyaannya juga ada yang 'Dimanakah rapat pertama para golongan muda dilaksanakan?' trus mereka ribut lagi 'eh, kan yang disini itu, aduh dimana ya nama jalannya ya, kan yang itu kan buk, yang hadir si ini si ini si ini, ya kan buk?' hahaha, pas mereka ribut menjawab soal ini aku biarin, menurutku itu bagian dari cara mereka berfikir, karena poinnya dari kuis ini hanya sebagai perangsang ingatan mereka saja. (( Cailah perangsang, bahasamu buk :p ))

Setelah drama dan kuis - kuisan selesai, materi masih harus berlanjut ke judul baru, dan aku disini memakai model NHT (Numbered Heads Together), intinya dari model ini siswa dibagi dalam 5 atau 6 kelompok, masing - masing dalam 1 kelompok itu terdiri dari dua jenis kelamin yang berbeda (ahelah buk, cowok dan cewek gitu aja lo buk) dan kemampuan akademis. Seperti ini...
VIII-6

VIII-2
VIII-1
Jadi tiap individu mendapat pertanyaan yang berbeda, pertanyaannya aku ambil dari Essay yang ada di buku cetak Erlangga. Mereka harus mencari sendiri jawabannya, dan masing - masing individu dalam satu kelompok harus mengetahui jawaban dari temen mereka masing - masing (soalnya soal essai ulangan diambil dari sini). Alhamdulillah, mereka lebih inget belajar dengan model seperti ini dibanding harus CBSA (Yaiyalah!!). Tapi ya tetep, hasil ulangan dari enam kelas hanya kelas unggulan yang 95% lulus KKM. Suka bingung sama kelas lainnya, mereka hanya mentok di 60 :( padahal soal ulangan terdiri dari Pilihan Ganda 15 dan itu soalnya menurut guru IPS nya sih udah berkaitan sama drama, cuma beda bahasa dipertanyaan aja, dan essai nya ada 5 soal yah soalnya murni dari soal yang mereka kerjakan saat diskusi NHT. Parah la..

Nah, mulai besok kami masuk ke bab baru, yaitu Sosiologi, materinya tentang Hubungan Sosial. Gampang sih (kelihatannya) karena kan yang kita alami sehari - hari, terus juga ada LKS yang sangat membantu guru dan siswa dalam mencapai target belajar. Tapi karena akunya kecanduan memakai model, jadi malam ini sembari ngetik tulisan ini sebenernya aku juga lagi searching model apa yang cocok digunakan untuk sosiologi...
nggak ada yang cocok :(
tapi nggak ada satupun yang sreg dihati untuk diterapkan. Sebenernya sih nggak pakai model udah mudah, karena materinya emang gampang, cuma proses belajarnya kayaknya nggak seru gitu kalau mereka nanti menjawab soalnya hanya dengan mengandalkan hapalan di kepala. Jadi untuk materi Hubungan Sosial ini aku udah siapin model sendiri, nantinya ada kelompok (atau temen sebangku aja) yang akan mencontohkan apa itu Imitasi, Identifikasi, Sugesti, Motivasi, Simpati, dan Empati. Kemudian juga ada kelompok yang akan mencontohkan apa itu Hubungan Sosial Asosiatif dan Disosiatif. Ya kadang murid - murid ini kalau gurunya sudah memberi contoh emang sih mereka paham tapi hanya satu dua anak, yang lainnya pasti bingung. Insyaallah dengan mereka membuat contoh sendiri mereka lebih mudah memahami.

Intinya dari postingan ini, hanya berbagi pengalaman, siapa tau diluar sana ada guru IPS baru yang masih bingung mengajar Sejarah. Boleh kok saling sharing pengalaman, hehehe. Dan sebenernya ini pengin ditulis dari kemaren - kemaren, cuma terkendala dengan kata 'MALAS' jadi berhubung malam ini nggak bisa tidur diakibatkan siangnya tidur sampai sore dan dengan sengaja jam 9 tadi minum kopi (kombinasi yang pas untuk menjadi kalong) jadi terbitlah tulisan ini. Hitung - hitung begadang yang produktif, hehe

Oh iya, aku juga lagi nyiapin peserta OSN IPS Tingkat Kabupaten untuk awal Maret ini. Dan yha, terjadi pro dan kontra untuk masalah ini. Gapapa ya, dijadikan pengalaman aja. Semoga yang dipilih tidak mengecewakan. Amin.

0 comments:

Post a Comment

Footer

Lorem Ipsum

Welcome

Ketika tak bisa lagi bersuara, tak sanggup berperang mulut, lewat tulisan ku sampaikan semuanya.
Powered by Blogger.