postingan ken-tang

alohaaaa,
hmmm, malem ini saya jadi kalong. Sengaja buat paket modem midnight, niatnya tadi mau main di devianART, tapi gak ngerti, jadi lari ke blogger deh.

Sekarang saya lagi di kontrakan Silvy, bareng Rani, Diny and Nanda, entah, kok bisa tidur bareng gini, hihi. Eh tunggu bentar2, saya tidur dimana nih ? gak kebagian tempat, hadoohhhh,,

Beberapa jam yang lalu kami bertujuh sempet jalan2, dinner di Rahmat and hunting Durian, cailah, hunting, gaya kali, hahaha, ya pokoknya genk X malem ini makan duren bareng la.






itu sebagian dokumentasi tadi, sebenernya pengen upload yg banyak, tapi jaringan susah cuyyyy.

yak, sekarang udah jam 03.51 am dan saya masih keliaran di sini, padahal besok ada kuliah jam 08.00 oh nooo, gak usah masuk aja kali ya, KKL aja kok, kan baru kemaren ke lapangan nyaaa.

Oke, sebenernya saya mau nyeritain KKL saya beberapa hari yang lalu, kalau KKL Fisik kemaren kami ke Sipiso - Piso dan Gn. Sibayak, sekarang kami ke Sibolga, daerah pesisir gitu lo.

Sampai sekarang, saya masih ngebayangin, kalo kemarin saya kesana itu ada dia, bareng dia, duduk di bawah jutaan bintang sambil ngadep ke pantai itu bareng dia, cerita masa depan, masalah hati, awwwwww romantisnyaaaaaaa, eh tunggu2, dia siapa ? emang situ punya pacar ? ups, oiya ya, kebanyakan nonton ftv siiihhh, -________-

Saya akui, saya emang gak punya banyak referensi tentang pantai, selama hampir tiga tahun tinggal di Medan, saya baru sekali ke Pantai Cermin dan Pantai Jono. Gambaran saya tentang pantai Pandan yang ada di Sibolga itu ya pasti gak jauh2 beda sama Cermin, eh gak taunya, sumpah deh yaaaaa, envy kali liat temen2 yang punya pasangan selama disanaaaaa, aaaaaarrghhhhhhh, *stress, gak punya cerita romantis selama disana*

ehm, pertama kali berangkat kesana, malam senin, saya sempet nyusahin genk X, terutama Rani, dari Tebing Tinggi sampai Sibolga aku mabuk perjalanan, sumpah, sakit kali yang mabuk perjalanan itu. Aku emang dari awal udah salah set, siang sebelum berangkat banyak kali makanan yang masuk ke perut (namanya ibu kos lagi pesta ), gak mikir kalau malamnya akan melakukan perjalanan jauh. Medan - Sibolga 12 jam lo, ditambah lagi jalan yang berkelok2, ah, gilak la aku di bus kemarin itu. Untungnya temen2 ku, ehm, genk X, terima aku apa adanya,ya Allah masih kebayang pas mereka mau makan aku nya di situ mun*ah, tapi mereka gak ada yang komen, cuma bilang, "ini sih namanya cobaan", is, saluuuuuuutt kali sama mereka, kalo uda gitu akunya gak ada balas budi, is, entah la, gak ada otak kali berarti aku. Berkat paksaan mereka2 yang menyuruh aku makan, tertelan juga nasi plus ayam sambel itu 5 suapan ke mulut ku plus di kasih mereka obat masuk angin menara 5, biar angin nya keluar, kontan aja abis itu aku ke kamar mandi dan ah, you know la, tapi serius, saya langsung sembuh, langsung ceria, gak ada lagi tuh jalan sambil megang2in perut. *mulai deh sombongnya*

ehm, udah jam 04.27 aja dan aku sukses gak tidur semaleman, ya Allah, ckckc, besok2 aja ya di lanjutin ceritanya, hehe, tadi aku ngeblog sekalian main tumblr, untuk foto2 yang di Sibolga, silahkan cek tumblr saya aja yaaaa , terima kasiihhh :)

...

Once you get your heart broken, you gain this strength you can’t explain. It’s like you’re preparing yourself for the next time it breaks.



-Cassandra Niki

INDESCRIBABLE #2, THE LAST LETTER

Suatu malam, Jonas akhirnya telepon gue. Namun, pembicaraan kita canggung dan semakin memperburuk keadaan. Jonas terasa seperti menelpon karena “nggak enak” semacam terpaksa. Dan gue pun nggak nyaman bercerita karena gue sudah kehilangan motivasi dan semangat gue akhir – akhir itu, gue nggak punya cerita yang menarik tentang kehidupan gue yang garing dan hampa tanpanya. Seusai telepon singkat itu, gue nggak mendengar kabar dari Jonas lagi sampai akhir bulan Oktober.

Sejak telepon itu, gue semakin sering merefleksikan permasalahan kita. Perasaan sakit gue sudah hilang, gue kebal sama rasa kecewa yang sudah berulang kali harus gue hadapi. Maka, dengan tenang tanpa emosi, gue menyibukkan diri dengan menulis. Sambil menulis, gue berusaha mencari kesalahan gue. Gue berusaha mencari apa yang salah dengan Jonas, apa yang salah dengan kita. Menelaah tiap kejadian, gue menyadari satu hal. 3 tahun yang lalu, gue memiliki suatu perasaan obsesi untuk mengejar Jonas dan gue selalu percaya bahwa suatu hari dia akan menjadi milik gue. 1 tahun kemudian, jadianlah kita dan gue bahagia. Namun, rasanya setelah hampir 2 tahun pacaran, gue masih terus mengejar dan tidak pernah sekalipun gue merasa di kejar. Gue mengubah banyak hal dalam diri gue, hanya supaya dia terus mencintai gue. Setiapkali dia hilang atau cuek sama gue, gue selalu mencari – cari celah untuk mendapatkan perhatiannya kembali. Jonas adalah orang yang baik. Selain ganteng, dia percaya diri, berprinsip, ambisius, pintar, dan bijaksana. Ia hampir sempurna. Tetapi, gue ? gue nggak pernah tahu apa perasaan dia sesungguhnya untuk gue. Gue mulai – mulai merasa, jangan – jangan, dia sebenarnya sudah lama kehilangan perasaan sama gue tapi berusaha bertahan hanya untuk membuktikan prinsip – pinsipnya. Jangan – jangan ia hanya bertahan karena ia kira hal itu akan membuat gue bahagia.

Tetapi faktanya, semakin kesini, gue semakin menyadari betapa tidak bahagianya gue pacaran sama dia. Mungkin karena ia hampir sempurna, gue selalu merasa diri gue begitu tidak sempurna. Gue berusaha berkali – kali demi menjadi pacar idamannya. Tapi tanpa gue sadari, gue jadi kehilangan siapa diri gue sebenarnya. Gue nggak pernah merasa seperti itu untuk siapapun, gue sampai tidak percaya bahwa ini sungguh terjadi kepada gue. Kesempurnaan Jonas membuat gue menanyakan diri gue semdiri, gue merasa jelek, bodoh, lemah, dan cengeng. Ini bukan gue.

Then it hit me. Sakit banget ntuk mengakuinya, tapi gue rasa gue harus mengakuinya. He is not the one. Or least, not yet. Semua yang sudah kita lalui memang begitu menyenangkan dan akan selamanya menjadi kenangan yang tidak tercapai, kekecewaan yang tidak terucap, dan kemunafikan yang tidak tampak. Gue yakin, Jonas pun telah lama berhasil menyembunyikan perasaannya yang sejujurnya. Dan sakit rasanya, sungguh sakit. Gue betul – betul sayang sama dia, gue mencintai dia. Gue mencintai semua tentang dirinya, gue mencintai keluarganya, gue mencintai hidupnya. Semuanya. Tapi, apakah dia mencintai gue juga equally? Yeah, gue rasa lo juga udah merasa demikian, gue juga merasa jawabannya tidak.

Setelah perang dengan hati gue sendiri, akhirnya gue meutuskan untuk menyelesaikan ini. Ini nggak baik untuk gue, juga nggak baik untuk dia. Mom pernah bersabda kepada gue beberapa tahun yang lalu, “cinta adalah ketika kamu bisa membuat orang yang kamu cintai menjadi orang yang lebih baik”.Dan sudah lama gue meyakini kata – kata dia tersebut. Lihat gue sekarang, lihat Jonas. Kita jelas tidak membuat satu sama lain lebih baik.

Gue duduk di pojok kamar, dengan kertas – kertas kosong dan sebuah bolpen di depan gue. Lalu mulailah gue menulis.

Dear Jonas,
Apa kabar ? Do you miss me?
Aku nggak pernah mau mengulang apa yang aku tulis di surat ini, karena ini terlalu nyakitin aku, ini cukup sekali aja. So, aku mau jujur sama kamu sekarang tentang perasaan aku.

Kejadian bulan Juli yang lalu selalu menghantui aku. Kamu bilang sama aku, “Aku bosen. Aku jenuh. Long distance relationship terlalu susah untuk aku jalanin.” Aku tau kamu nggak sadar ketika kamu ngomong gitu sama aku. Tapi kayanya kita sama – sama tau bahwa itu adalah perasaan kamu yang sesungguhnya. Dan asal kamu tau, hati aku masih sakit sampai sekarang.

Kita udah hampir 2 tahun pacaran, aku masih merasa seperti mengejar – ngejar kamu. Aku merasa nggak kenal sama kamu, seperti clueless nggak tau harus ngapain supaya kamu sayang sama aku.

Aku memutuskan untuk nggak bertanya what the hell is wrong with you. Aku tau kamu punya masalah – masalah kamu sendiri, tapi hey, aku juga banyak masalah. Dan aku nggak ngerti kenapa kita nggak pernah bisa saling berbagi dan memberi support. Padahal itu satu – satunya tugas kita sebagai pacar, menjadi tempat bersandar untuk satu sama lain.

Kemana sih Jonas yang dulu ? yang bijaksana dan penyayang ? yang selalu bisa membuat aku senyum meskipun aku lagi nangis terisak – isak? Kenapa Jonas yang sekarang justru menjauhi aku? Don’t you know that I need you, so so much?

Kemarin malam aku menyadari sesuatu yang membuat aku luar biasa sakit hati. Aku menyadari bahwa satu – satunya orang yang paling perfect, yang paling aku sayang melebihi siapapun, ngak bisa membuat aku bahagia. Jonas, aku nggak bahagia pacaran sama kamu. Selama 2 tahun ini aku setengah mati beradaptasi dengan sifat cuek kamu, aku selalu mencari – cari salahku apa, aku selalu takut kamu nggak bahagia gara – gara aku. Tapi karena itu semua, aku dibutakan oleh obsesi sayang ini, sehingga aku lupa membuat diriku sendiri bahagia.

Setelah kita sama – sama susah, jatuh bangun berusaha mempertahankan hubungan ini, siapa sangkah ujung – ujungnya kita kembali seperti2 tahun yang lalu : complete strangers to each other.

Jonas aku sayang kamu. Tapi kita nggak bisa gini terus. Aku udah nggak sanggup, aku udah nggak punya tenaga lagi untuk menunggu – nunggu. Aku mau bahagia. Aku mau kamu bahagia. That’s all.

Mungkin, sebaiknya hubungan kita harus berhenti disini. Berawal dari surat, maka aku akhiri dengan surat juga. Ini susah banget buat aku, aku nggak mau kehilangan kamu. Tapi, aku merasa udah kehilangan kamu sejak lama. Aku akan berhenti disini. Berhenti berharap, berhenti mengejar, berhenti berusaha. All I ever wanted sebenernya cuman kamu merasa sama seperti aku. Rasa sayang yang besar, yang selamanya.

Meski aku bilang aku nggak bahagia, kamu akan selalu perfect di mataku. Dan aku akan selalu mengagumi kamu. Apapun yang terjadi setelah surat ini, ingatlah selalu, aku nggak akan pernah berubah.

Terimakasih kamu udah menjadi siapa kamu, terimakasih kamu udah berada di dalam hidup aku. Kamu inspirasiku selalu.

Sekarang waktunya untuk sakit hati sebentar, dan besok, kita move on. Aku nggak mau bikin pusing kamu lagi, aku nggak berharap apa – apa lagi dari kamu. Sekarang terserah kamu mau ngapain, aku nggak bakal bete lagi, aku janji.

Seperti yang selalu aku bilang.
Aku sayang kamu.



Letters, Stories and Dreams – Cassandra Niki

INDESCRIBABLE #1, KEMANA PERGINYA BOLANGKU ?

Hubungan gue sama Jonas mendadak sepi. Seminggu telah lewat, tidak ada SMS, tidak ada telepon. Yang tadinya merupakan perasaan kangen yang tak tertahankan akhirnya berubah menjadi perasaan terbiasa. Gue mulai terbiasa dengan menghilangnya Jonas entah kemana, sehingga gue pun berhenti berusaha mencarinya. Kesal pun tidak! Aneh kan. Tapi rasanya hati gue berbisik, “Ya udahlah yaa.. Terserah dia deh mau apa.”Meski cuman sebuah perasaan belaka, tapi gue mengikuti apa kata hati gue itu.

Sejujurnya, perasaan kangen gue itu hilang bukan karena memang hilang. Tapi karena hidup gue terasa begitu berantakan, gue nggak punya tempat lagi di otak gue untuk memikirkan dimana keberadaan pacar gue yang cuek bebek. Tugas kuliah banjir kemana – mana, pekerjaan sampingan gue menulis pun makin menyibukkan, uang gue sempat habis sehingga gue makan sekali sehari demi menghemat uang, Grandpa dikabarkan masuk rumah sakit, gue pun ikut – ikutan sakit, dan di atas itu semua, Jonas hilang tanpa kabar!

Seminggu lagi lewat dan gue pun mulai risih. Gue mulai SMS dia lagi, sesekali. Gue mengirim pesan – pesan basa – basi seperti “lagi apa?” atau “apa kabar?” Tetap no answer. Gue bahkan sempat desperate, gue SMS singkat, “I miss you”. Panggilan desperate gue itu pun nggak dijawab. Satu malam yang sepi, setelah seharian gue bete karena bad luck, sudah sakit, kelaparan belum makan, kehujanan karena harus jalan kaki dari kampus ke kost, Jonas akhirnya SMS, “Hi neng, lagi apa ?”. Dengan emosi yang berapi – api gue balas, “Berani – beraninya kamu ngilang 2 minggu terus SMS lagi tanpa penjelasan dan tanpa perasaan bersalah!”. Dan lagi – lagi dia nggak bales. Gue sempat menyesal marah kaya gitu secara tiba – tiba, but I’ve had such an awful day! What would you do if you were me?

Another week passed by, 3 minggu tidak berhubungan baik dengan Jonas. Dan tidak ada penjelasan apapun darinya. Akhirnya mulailah gue menyerah. Gue mulai berspekulasi aneh – aneh dan gue telpon Willa, satu – satunya orang yang berada di dekatnya yang gue percaya. “Maaf kalau ganggu, gue cuman butuh tanya satu hal sama lo dan gue harap loe jujur sama gue..” ucap gue sambil menangis pelan. “What’s up Cass?”Tanya Willa yang mulai terdengar khawatir. “Is Jonas cheating on me? Ada apa sih sama dia disana?”Tanya gue. Gue nggak percaya pertanyaan itu keluar dari mulut gue. Gue tahu betul Jonas bukan orang yang seperti itu. Tapi at the point, gue merasa sudah nggak mengenalnya lagi. “Sejauh yang gue tahu Cass, nggak kok. Dia cuman lagi sibuk kuliah dan main sama teman – teman barunya di kampus..Tenang aja Cass, nggak ada apa – apa kok..” jawabnya berusaha menangkan gue. Hal itu jelas tidak membantu gue sama sekali. Sesibuk – sibuknya, kenapa dia nggak bisa meluangkan waktu 2 menit aja untuk sekedar SMS gue? Gue nggak ngerti konsep yang ada di otaknya, apabila sungguh memang nggak ada apa – apa. Akhirnya gue pasrah, berterimakasih sama Willa, menutup telepon, dan mulai menangisi nasib gue. Apakah gue yang berelebihan?

Padahal, Jonas seharusnya sudah tahu bahwa gue selalu senang mendengar cerita – ceritanya. Apapun yang sedang ia hadapi, gue selalu berusaha berada di sampingnya. Dan Jonas tahu bahwa gue nggak suka dicuekin. Gue butuh sedikit perhatian dari dia. Kita sudah pacaran hampir 2 tahun, tapi permasalahan yang sama terus terulang. Apa sih susahnya, peduli sedikiiiiiiiiitt aja sama gue ? :)


Letters, Stories and Dreams – Cassandra Niki

Di Balik Jendela

Semua orang terlihat biasa.
Gue duduk di terminal bus sambil nengok ke kanan dan ke kiri kayak orang linglung. Hari ini gue akan pergi ke Melbourne dari Adelaide naek bus. Perjalanan ke sana kira – kira 10 jam dan gue udah menyiapkan pantat sebaik mungkin. Kenceng. Keras. Tidak gampang lelah. Pantat gue tidak pernah begitu fit. Bentuknya aj six-pack (emang perut doang yang bisa ?).

Sepuluh jam naek bis gak jadi masalah buat gue.
Jam di terminal menunjukkan pukul delapan malam.
Setengah jam lagi bus gue siap di naiki.
Gue coba untuk menahan rasa bosan di ruang tunggu dengan baca bukunya David Sedaris sambil ngeliatin orang di sekeliling. Mereka semua terlihat begitu biasa.
Di belakang ada orang kulit hitam pake baju kotak - kotak.
Di barisan bangku paling belakang, ada dua orang yang lagi pacaran.
Mereka semua terlihat biasa.
Padahal, siapa tahu orang kulit hitam itu terjangkit penyakit mematikan. Siapa tahu, dua orang yang lagi pacaran itu baru aja berantem. Tapi bagi gue, bagi orang yang ngeliat dari luar, mereka terlihat biasa.

Gue juga pasti terlihat biasa.
Padahal, seminggu kemaren gue baru putus.
Di dalem bentuk tubuh yang biasa - biasa ini, gue lagi remuk redam hancur minah, compang camping, kuda bunting. Tapi bagi orang lain yang ngeliat, gue terlihat biasa. Karena apa pun masalah kita, serumit dan sekompleks apa pun, orang lain akan tetap jalan dengan hidupnya, seolah tidak memedulikan. Life goes on.

Gue masih duduk di ruang tunggu terminal.
Headphone di telinga memainkan I Do-nya Ten2Five.
Di saat - saat baru putus seperti ini, denger lagu cinta bawaannya pengen garuk - garuk tanah.

Gue pun menaiki bus 10 jam tersebut.
Bangku di dalam bus itu seperti bangku dalam pesawat, namun jauh lebih empuk dan lebar. Toilet ada di dalam bus. Kursi bisa dimundurin. AC bisa di atur. Sepertinya perjalanan panjang ini bisa dinikmatin dengan suka cita.

Disinilah gue berada.
Lagu di headphone memainkan Stellar-nya Incubus.
Duduk di atas bus menuju Kota Melbourne.

Bis pun berjalan perlahan - lahan. Supir bis berbicara melalui mic, dengan resmi membuka perjalanan panjang ini.
Ya, akhirnya gue ke Melbourne juga.
Ada dua alasan bagi gue untuk pergi kesana naek bus. Yang pertama adalah karena gue gak punya duit buat naek pesawat. Yang kedua adalah karena gue pengen di dalem bus selama 10 jam ini, tanpa bacaan, tanpa kerjaan, gue bisa memaksakan diri untuk berfikir.
Ya, berfikir.
Berfikir tentang hubungan terakhir gue yang baru putus ini. Biasanya, sehabis putus, gue akan bersedih - sedih sejenak lalu perlahan - lahan mengambil serpihan hidup dan ceria seperti sedia dulu kala. Tapi ini beda, kali ini gue 2,5 tahun pacaran dan putus dengan sukses.
Gue tahu, gue harus mencari tahu apa yang salah ?

Waktu kita pacaran dulu, dia pernah bilang, 'Disana ada bulan engga?' Dengan gagang telepon di kuping kanan, gue ngelirik ke balik jendela apartemen. Gue bilang. 'ini, ada kok. Aku lagi ngeliat.'
Dia bales, 'Aku juga lagi ngeliat. Lucu yah, gimana jauhnya kita ini, kepisah dua benua kayak gini, tapi kita masih bisa ngeliat benda yang sama. aku jadi ngerasa deket.'

Lagu di headphone memainkan For What Its Worth-nya Cardigans.
Gue bengong.
Lagu ini membawa ingatan gue ke setahun yang lalu.

Setahun yang lalu, malam itu sekitar pukul setengah sembilan, gue masih berdiri di samping lapangan Fakultas Ilmu Budaya, masih di dalam kawasan Universitas Indonesia, Depok.
Gue berdiri sambil menonton sebuah band beraliran blues yang lagi manggung. Disamping gue berdiri dia, sambil sesekali menggoyangkan kepala mengikuti beat dari band blues itu. So far so good.
Lalu lagu terakhir selesai dimainkan. Sang MC pun balik ke atas panggung, dan mengumumkan bahwa band berikutnya yang akaan tampil adalah Klarinet.
Sekedar informasi, band itu adalah salah satu band yan gue kagumi, dan begitu pula dengan dia. Band tersebut pula yang bisa memicu kenangan kita berdua saat masih zaman - zamannya ngeband bareng temen - temen band yang lain. Simply, It`s one of your favourite bands.
Tapi gak semuanya berjalan sesuai rencana, hujan pun turun. Perlahan - lahan mulai deras sampai pada akhirnya kita sudah tak bisa menolerir lagi dan harus mencari tempat untuk berteduh.
Tapi setelah menemukan tempat berteduh, dia bilang ke gue, 'Ayo, ke depan yuk, ujan - ujanan aja. Gak papa!'
Ide itu langsung gue sambut, dan kita pun ujan -ujanan berdiri ke deket panggung dan menonton Klarinet manggung. Di tengah ujan, kita hanya berlindung pada sehelai jaket biru punya gue, berdua di bawah jaket mencoba untuk menikmati lagu yang ada dan mengingat sebanyak mungkin kenangan yang pernah ada.
Selang beberapa lama kemudian, lagu For What It`s Worth dari Cardigans dibawain ama klarinet. Lagu itu adalah lagu saat gue lagi suka - sukanya ama dia, dan itu berarti banyaaaaaakkk banget buat kita berdua.
Sepertinya malam sudah menstimulasi pikiran kita masing - masing dan kita pun terbius, secara ga sadar ikut menyanyikan lirik lagu itu.

For What it`s worth I love you,
And what is worse I really do...


Dan diiringi sayup - sayup sepenggal lirik yang kita berdua ingat selalu, ditemani suara rintikan hujan yang membuat kita berdua seakan - akan pengen tetep sama - sama hanya agar merasa hangat secara hati..., dia pun meletakkan matanya ke mata gue, dan bilang tiga rangkai kata yang sampai sekarang bisa bikin gue merasa begitu spesial...'I love u'. Gue pun membalas ucapannya.
Dan dibawah hujan, di bawah jaket biru gembel gue, dengan lagu kita dimainkan di belakang, 'we kissed.


Gue menghela nafas kembali.
Di sebelah gue, si John sepertinya udah tidur. Gue ngeliatin mukanya yang sedang tidur. Polos seperti bayi. Bayi gorila. Tiba - tiba dia kebangun dan ngeliatin muka gue yang lagi ngeliatin dia.
John ngeliat lurus ke depan dengan pandangan kosong. Kayaknya ngantuk.
'So, how is it going?' gue coba untuk basa - basi.
'Me ? Fine...'Dia jawab dengan muka ditekuk dan napas diembuskan.
'Fine? Hehehe...'Gue ketawa kecil.
'What?'
'No, it's just...the way you say "fine". Doesn't sound fine enough for me.'
Dia diem sebentar, 'Well, in our life there`s always some problem, mate.'
Love problem?" Gue nanya
Dia diem, lalu bilang, 'Well, sort of ...'
Menemukan kesamaan, gue langsung ngomong membabi-buta. 'Yeah, I also have problem at the moment. It`s hard I know it, I'm feeling the ache as I speak and I hope by flattening my ass off in this bus will help me feel better and hopefully able to smile again.'
Dia diem. Diem. Diem. Lalu dia bilang, 'Huh? What ?'
Gondok, gue diem aja.
Gue menyadari, rupanya John, si bule ini sedang bete.

Memang menyakitkan, segimana besarnya masalah kita, orang - orang lain akan tetep berjalan maju. Tidak ada yang memahami. Walaupun ketika kita cerita mereka pasti akan bilang. 'Gue tau apa rasanya.' tapi mereka tidak bener - bener tahu. Karena mereka tidak di dalem posisi kita. Tidak.
Orang - orang lain akan tetap memperlakukan kita seperti biasa. Tanpa tau apa yang kita jalani. Tanpa tau apa yang kita sedang alami. Sebesar apa pun badai yang ada di hati kita saat ini. The world will keep on moving, and I'll keep on standing.
Satu - satunya cara adalah untuk terus berjalan maju. Dan gue, harus ngelupain dia begitu bus ini nyampe di Melbourne.
Gue mencoba untuk tidur.


Satu jam kemudian gue terbangun.
Bus udah gelap, lampunya udah dimatiin. Gue nyoba ngeliat di balik kaca. Semuanya terlihat gelap. Cahaya bulan yang agak sedikit redup hanya mampu menunjukkan sedikit saja pemandangan di luar. Begitu gelapnya, sehingga apa yang gue liat di kaca adalah pantulan diri gue sendiri.
Gue manyun.
Aneh, di kaca gak keliatan apa – apa, padahal di luar ada pemandangan untuk di lihat. Tapi begitu gelap. Mirip seperti hubungan gue dulu sama dia, hubungan kita bisa begitu gelap padahal kita berdua tahu, seandainya saja lampu itu dinyalakan atau bulan lebih diterangkan, maka kita bisa ngeliat pemandangan bagus. Kata Plato, yang namanya “gelap” itu gak ada, yang ada itu kekurangan cahaya.
Mungkin kita udah meredup.
Pada hati.
Pada kepercayaan yang udah lama sekarat, lalu mati diam – diam. Mungkin janji yang kita ucapin dulu bisa dengan gampang dilupakan setelah kita mulai membuat janji yang baru, janji yang juga tidak bisa ditepati.

Banyak alasan untuk orang putus cinta.
Ketidaksamaan dari apa yang kita beri dengan apa yang kita terima. Masalah eksternal, agama, orangtua, teman, atau pihak ketiga.
Tapi apa yang salah dengan hubungan kita, gue pengen mengerti.
Dia bilang waktu itu, masalahnya pada jarak.
Jarak.
Jarak.
Gue ngulang kata jarak sampe kata tersebut udah ga ada artinya lagi.
Gimana jarak yang dulu itu bisa kita hadapi dengan angkuh tapi sekarang malah jadi penyebab hancurnya hubungan ini. Mungkin jarak sudah lebih kuat dari apa yang kita punya sekarang.
Atau, mungkin, kita sudah tidak lagi melihat bulan yang sama.

“Ladies and gentlemen, we have arrived in Melbourne. We will be arrived shortly to the central bus station on Burke Street. The time is now 8.30 in the morning.” Suara sopir bis membangunkan gue. Gue nguap lebar.

Gue ngambil ipod yanga da didalem tas biru gue di bawah kursi. Baterenya tinggal satu. Gue ngeliat ke arah luar jendela, pemandangannya jadi jelas sekarang.

Headphone di kuping pun memainkan lagu But Not For Me oleh Chet Baker.
Although I can`t dismiss…
The memory of her kiss…
I guess she’s not for me….

Pemandangan jadi jelas di luar jendela. Bulan tidak lagi kelihatan. Dengan berakhirnya lagu ini, dengan terlihatnya Kota Melbourne…
Aku sudah bisa melupakan kamu.






Cinta Brontosaurus - Raditya Dika


That Should Be Me

Everybody`s lauging in my mind
Rumors spreading about this other girls,


Teganya kamu.

Aku masih menangis, tentu saja.

Bertahun – tahun aku menunggumu.
Menunggu kepastian cintamu.
Tetapi apa yang telah kau lakukan kemarin.
Kau bahkan tak merasa bersalah saat kau suruh aku berkenalan dengannya.

Semua orang tahu alasanku mengapa aku masih sendiri.
Semua orang tahu kalau cuma kamu pengisi hati ini.
Tapi itu dulu, ketika aku rasa kamu punya rasa yg sama untuk aku.


Do you do what you did, what you did with me
Does she love you the way I can


Benar kata mereka,
Aku yang berharap harap sendiri,
Aku yang terlalu PD untuk menjadi kekasihmu
Tanpa ku tahu, ternyata selama ini kamu memikirkan yang lain

Mungkin memang dia yang selama ini kamu cari
Dia yang bisa menyenangkan hatimu.
Dia yang punya segalanya yang gak bisa ku berikan untukmu,
Sampai kamu tidak harus membuatnya menunggu lama,
Setidaknya itu kesimpulanku.

Tetapi, apakah sama, apa yang aku lakuin untukmu juga di lakukannya ?
Apakah dia membanguni mu setiap pagi ?
Apakah dia mengucapkan aku sayang kamu setiap akan tidur ?
Apakah dia mencintaimu seperti aku mencintaimu ?
Apakah dia perempuan yag sabar untuk menerima kecuekanmu ?
tolong jawab.

Did you forget all the plans that you made with me
Cause baby I didn’t,


Rencana yang telah kita susun setahun yang lalu sepertinya sia – sia,
Atau mungkin itu dulu hanya rencanamu yang membuatku senang saja,
Tanpa ku tahu kamu mempunyai rencana lain bersama dia,
Seperti sekarang.

Tapi sayang, jujur, enggak dengan aku.
Aku masih berharap rencana itu terwujud,
Aku ingin menikmati makan malam di pinggir pantai yang kamu janjikan dulu,
Katamu, aku akan memakai baju bunga2, bertemankan angin laut, kita akan membuat cerita di bawah jutaan bintang,

That should be me, holding your hand,
Sayang, aku gak rela tangan mu di pegang dia

That should be me, making your laugh,
Sayang, aku gak rela dia bisa membuat mu tertawa, selama ini katamu, hanya aku lah orang satu2 nya yang bisa membuatmu tertawa sampai menjatuhkan air mata..

That should be me, feeling your kiss,
Oh no, itu hanya milikku, hangatnya ciuman mu itu cuma punya ku, tak sepantasnya dia ikut merasakannya.

This is so wrong, I can go on,
Till you believe,


Aku tahu ini salah, mungkin kamu juga tahu ini enggak seharusnya terjadi,
Aku mencoba untuk pergi, mencoba untuk melupakanmu,
Mencoba menghapus semuuuuuaaaa harapan2 yang ku taruh kepadamu,
Sampai kamu percaya,
Seharusnya aku yang berada disamping mu, sekarang.


That Should Be Me - Justin Bieber




Welcome November :)

di awal November ini aku uda netesin air mata buat seseorang disana, entah apa yang lagi dipikirin dia sekarang, ah entah la.

Malam minggu kemarin kombes ngadain ulang tahun kolaborasi. Aku, Iqbal dan Rani tek2-an per orang Rp. 150.000 dan buat acara makan2 satu kombes, alhamdulillah sukses. Sengaja dibuat akhir bulan itu karena dua alasan. Pertama, karena Rani nya sendiri ultah tepat tanggal 29 Oktober. Dan alasan kedua, kami2 ini berniat baik bagi anak kos yang udah kehabisan duit, sekalian nyumbang makan malam gitu, hihihi.

selamat ulang tahun wak, :)

selamat ulang tahun buat kita bertiga, haha


terima kasih ya Bedes, udah mau dateng (tulisan bedesnya gimana sih?)

terima kasih banyak ya kelabu, Mayestiknya, haha

terima kasih juga ya B-9 udah dateng, hihi

terima kasih Mejin dan Santet udah buat rame, hahaha

keren yo ndok, hha

terima kasih genk X,

Yang jilbab putih sok cute

sing ikhlas ndok, hhai

kata Iqbal, malam minggu itu orang dua ini kelihatan cantik, tapi sayang, waktu itu Iqbal juga lagi erorr, hha

gak dapet orangnya keretanya (motornya) pun jadi,,,haha, sorry ya bal,


Kami tunggu ulang tahun kolaborasi berikutnya, kalau dari genk X bulan April nanti, dari kalian kapan ? hehe,
Anak reguler gak pernah seakrab kita ini ya, hahahaha, kombes, kombes, (Komplotan Besar Ekstensi 2009) :)



Footer

Lorem Ipsum

Welcome

Ketika tak bisa lagi bersuara, tak sanggup berperang mulut, lewat tulisan ku sampaikan semuanya.
Powered by Blogger.