INDESCRIBABLE #1, KEMANA PERGINYA BOLANGKU ?

Hubungan gue sama Jonas mendadak sepi. Seminggu telah lewat, tidak ada SMS, tidak ada telepon. Yang tadinya merupakan perasaan kangen yang tak tertahankan akhirnya berubah menjadi perasaan terbiasa. Gue mulai terbiasa dengan menghilangnya Jonas entah kemana, sehingga gue pun berhenti berusaha mencarinya. Kesal pun tidak! Aneh kan. Tapi rasanya hati gue berbisik, “Ya udahlah yaa.. Terserah dia deh mau apa.”Meski cuman sebuah perasaan belaka, tapi gue mengikuti apa kata hati gue itu.

Sejujurnya, perasaan kangen gue itu hilang bukan karena memang hilang. Tapi karena hidup gue terasa begitu berantakan, gue nggak punya tempat lagi di otak gue untuk memikirkan dimana keberadaan pacar gue yang cuek bebek. Tugas kuliah banjir kemana – mana, pekerjaan sampingan gue menulis pun makin menyibukkan, uang gue sempat habis sehingga gue makan sekali sehari demi menghemat uang, Grandpa dikabarkan masuk rumah sakit, gue pun ikut – ikutan sakit, dan di atas itu semua, Jonas hilang tanpa kabar!

Seminggu lagi lewat dan gue pun mulai risih. Gue mulai SMS dia lagi, sesekali. Gue mengirim pesan – pesan basa – basi seperti “lagi apa?” atau “apa kabar?” Tetap no answer. Gue bahkan sempat desperate, gue SMS singkat, “I miss you”. Panggilan desperate gue itu pun nggak dijawab. Satu malam yang sepi, setelah seharian gue bete karena bad luck, sudah sakit, kelaparan belum makan, kehujanan karena harus jalan kaki dari kampus ke kost, Jonas akhirnya SMS, “Hi neng, lagi apa ?”. Dengan emosi yang berapi – api gue balas, “Berani – beraninya kamu ngilang 2 minggu terus SMS lagi tanpa penjelasan dan tanpa perasaan bersalah!”. Dan lagi – lagi dia nggak bales. Gue sempat menyesal marah kaya gitu secara tiba – tiba, but I’ve had such an awful day! What would you do if you were me?

Another week passed by, 3 minggu tidak berhubungan baik dengan Jonas. Dan tidak ada penjelasan apapun darinya. Akhirnya mulailah gue menyerah. Gue mulai berspekulasi aneh – aneh dan gue telpon Willa, satu – satunya orang yang berada di dekatnya yang gue percaya. “Maaf kalau ganggu, gue cuman butuh tanya satu hal sama lo dan gue harap loe jujur sama gue..” ucap gue sambil menangis pelan. “What’s up Cass?”Tanya Willa yang mulai terdengar khawatir. “Is Jonas cheating on me? Ada apa sih sama dia disana?”Tanya gue. Gue nggak percaya pertanyaan itu keluar dari mulut gue. Gue tahu betul Jonas bukan orang yang seperti itu. Tapi at the point, gue merasa sudah nggak mengenalnya lagi. “Sejauh yang gue tahu Cass, nggak kok. Dia cuman lagi sibuk kuliah dan main sama teman – teman barunya di kampus..Tenang aja Cass, nggak ada apa – apa kok..” jawabnya berusaha menangkan gue. Hal itu jelas tidak membantu gue sama sekali. Sesibuk – sibuknya, kenapa dia nggak bisa meluangkan waktu 2 menit aja untuk sekedar SMS gue? Gue nggak ngerti konsep yang ada di otaknya, apabila sungguh memang nggak ada apa – apa. Akhirnya gue pasrah, berterimakasih sama Willa, menutup telepon, dan mulai menangisi nasib gue. Apakah gue yang berelebihan?

Padahal, Jonas seharusnya sudah tahu bahwa gue selalu senang mendengar cerita – ceritanya. Apapun yang sedang ia hadapi, gue selalu berusaha berada di sampingnya. Dan Jonas tahu bahwa gue nggak suka dicuekin. Gue butuh sedikit perhatian dari dia. Kita sudah pacaran hampir 2 tahun, tapi permasalahan yang sama terus terulang. Apa sih susahnya, peduli sedikiiiiiiiiitt aja sama gue ? :)


Letters, Stories and Dreams – Cassandra Niki

0 comments:

Post a Comment

Footer

Lorem Ipsum

Welcome

Ketika tak bisa lagi bersuara, tak sanggup berperang mulut, lewat tulisan ku sampaikan semuanya.
Powered by Blogger.