First Day of Fasting

Sebagai anak perempuan berusia 32 tahun yang belum berkeluarga, tentu saja momen puasa ini sebagai momen refleksi diri terhadap keputusan hidup yang diambil dari tahun - tahun sebelumnya. Kalau boleh flashback sedikit, di puasa tahun 2020 itu adalah puasa yg buat trauma. Dimana hidup pada tahun itu sedang susah - susahnya. Bukan karena Corona, tapi karena masalah keluarga. Bayangin dulu aku masih guru honor, SK perpanjangan belum keluar yg mana otomatis belum pernah gajian dari awal tahun, orangtua masih punya hutang bank yg pada saat itu beneran ga tahu mau dibayar pake apa, keluargaku pernah mengalami puasa pertama dengan tidak punya persiapan apa - apa.

Rasanya sedih sekali.

Empat tahun berlalu, kemarin, hari terakhir bisa makan siang sebelum masuk puasa, kami menyambutnya dengan suka cita. Aku dan mamak sibuk di dapur membuat bumbu pecal, dan memasak semur ayam kampung, bapak dan adik sibuk ngecat ulang rumah. Disela-sela itu aku beli gorengan dan membuatkan pisang goreng bumbu pecal dan teh manis dingin untuk mereka, lalu sorenya aku membeli mi ayam bakso tiga bungkus dan kami makan bersama di ruang TV. Bahagia sekali. Puasa tahun ini juga hutang bank sudah lunas, jadi orangtuaku bisa fokus ibadah tidak perlu cemas memikirkan rumah yang menjadi agunannya. Urusan sembako juga aman karena aku udah ikutan nabung bersama teman-teman selama 10 bulan kemarin, mamakku full senyum pokoknya.

Bayangin se-bersyukur apa hidupku saat ini?

Jika aku mengingat puasa 2020 air mataku langsung jatuh.

Aku benar - benar ga mau mengulang masa susah itu lagi.

Aku mengetik tulisan ini setelah selesai tilawah lembar kelima juz 1, aku tidak menargetkan harus khatam, tetapi aku berusaha konsisten untuk 1 hari 1 juz.

Aku juga mulai besok sudah ada jadwal zoom untuk penyamaan persepsi Pengajar Praktik pada Program Guru Penggerak Angkatan 10, kualitas hidupku benar - benar berubah.

Aku sangat bersyukur bisa mengetik tulisan ini dengan hati yang tenang, walau sebelum menulis ini hatiku nyesss waktu baca postingan dengan judul 2024. Perihal jodoh, mungkin aku memang tidak beruntung. Sering aku bertanya kenapa bisa seperti ini? Tetapi ketika aku mengurai perjalanannya, sepertinya memang harus seperti ini.

Aku hanya bisa mengumpulkan kepingan puzzle dari perjalanan yang sudah lama telah dimulai. Aku sekarang hidup dalam fatamorgana, aku bersembunyi dibalik idol korea untuk menutupi nasibku yang tidak akan pernah bisa bersamanya. 

2 comments:

Safinah Hakim said...

Hi Kak, semoga semakin berkah hidupnya dan terkabul hajatnya :)

Indah Ikalaraii said...

Aaamin ya Allah. Terima kasih kak sudah mampir :)

Post a Comment

Footer

Lorem Ipsum

Welcome

Ketika tak bisa lagi bersuara, tak sanggup berperang mulut, lewat tulisan ku sampaikan semuanya.
Powered by Blogger.