Kangen gurilla yang dulu :(

Kos – kosan yang terletak sangat strategis di daerah pancing ini sangat membuatku jauh dari kata “pindah”. Alasan apa yang membuatku pindah coba ?
Mesjid, kampus, warnet, bakso, sate, jajan, minimarket, angkot, ramayana, ayam penyet, semuanya bisa diakses tanpa harus berjam2 menunggu kendaraan yang lewat.

Tinggal di kota orang dengan rumah yang gedek, ibu kos yang gaul, anak kos yang gilak, itu udah lebih dari cukup. mau apalagi ? bebas ? gurilla nomor duabelas itu uda lebih dari cukup memberikan kebebasan (sesuai batas norma kekosan tentunya).

Anak sejarah, computer, pgsd, pariwisata, geografi, matematika, agama islam, b.inggris dan bahasa jerman itu uda bisa buat kita saling sharing ilmu masing – masing.

Jago nyanyi, joget, ngelawak, ngejek, sampe ke prengat prengut uda makanan sehari – hari. Selalu ada kata rindu pokoknya untuk tempat ini kalau kita lama – lama dikampung.

Tapi itu rasa setahun yang lalu, rasa dimana aku masih junior diantara semuanya, rasa dimana aku belum dipanggil kakak, rasa dimana lima diantara mereka belum pada wisuda dan rasa dimana tiga diantara mereka belum pindah kos.
Aku kangen gurila yang dulu, 

Sebenernya enak juga ngeliat temen2 pada ngontrak bareng satu rumah, bebas mau ngapain aja, gak ada yang marah2, gak ada yang prengat prengut kalo belum bayar uang kos, tapi apa klen pernah sadar, siapa orang yang paling peduli terhadap kita ?
Teman ? dia hanya ada saat kita ‘ada’ saja, pacar ? dia gak benar2 tahu tentang kita, jadi siapa ? jawabannya yaitu ibu kos. Walaupun ibu kos ku kadang2 menjengkelkan, tapi aku yakin, dia sangat perhatian sama kita, sama semua.

Ibu kos ku bukan orang yang fanatic, bukan orang yang suka ikut campur, bukan sok alim, dia hanya seorang janda cantik dengan satu anak, suka jalan2 dan gaul.

Sekarang kami tinggal berdelapan, ada lima anak baru dikosan itu, tapi ada dua anak baru yang dari awal masuk sombongnya minta ampun, yang membuat kami enek ngeliat dia (walaupun yang satu uda mulai akrab).
Teringat kejadian yang tadi malam, aku masih ngerasa miris, berantem satu kos, sedih.
Aku tahu persis sifat kakak itu, maka dari itu setelah adik kos ku masuk kamar dan masih nyeritain dia, mereka langsung ku tegur, aku gak tau, teguran ku itu kasar atau gak, atau malah mereka berfikir aku membela kakak itu (pengkhianat), ah, terserah la, yg penting tadi malam aku gak mau terjadi keributan, jambak2an atau bahkan saling tampar.

Sekarang, mereka diemin aku, sampai detik ini, ckckckck, gak pernah ku bayangkan kalau kami itu gak bakal cakapan, tapi sekarang kenyataannya, siapa lo, siapa gue, aduuuuhhhh, semoga cepat berlalu.


yang peke kacamata itu ibu kos kami



ini foto kami bersama, jaman akrab2nya,


berawal dari pecahnya keakraban kakak2 ini, :(


jaman ulang tahunnya kak Yusni,


kangen prengat prengutannya kak Gusti,


kangen gaya kak Noviiii,


kangen teriakan kak Lely

kos duabelas tidak seheboh yang dulu, i miss you all my sisters :(

0 comments:

Post a Comment

Footer

Lorem Ipsum

Welcome

Ketika tak bisa lagi bersuara, tak sanggup berperang mulut, lewat tulisan ku sampaikan semuanya.
Powered by Blogger.